
Seorang Jendral Bintang 2 Yang diusir dan dipisahkan Paksa dengan Anak dan Isteri Tercintanya.
TRUE STORY – Di rilis dari beberapa nara sumber berita ada sebuah ketulusan serta keikhlasan dari seorang Mantan Jenderal Bintang Dua. Kisah perjalanan hidupnya, karirnya dan suka cita serta duka kisah keluarganya. Kisah seorang Jenderal yang diusir dan dipisahkan paksa dengan anak dan isterinya oleh Presiden ke 2 Republik Indonesia yaitu Presiden Soeharto.
“Kembalilah pada putriku jika kau sudah setara dengan ku”, kalimat yang menurut berbagai sumber berita di ucapkan oleh mertuanya yaitu Presiden Soeharto kala itu.
Titin Soeharto (putri Soeharto /istri Prabowo) tau bahwa kala itu bahwa Prabowo Subianto di usir dari cendana. Seorang jendral bintang 2 diusir dan dipisahkan paksa dengan anak dan isterinya.
Ya jujur saja Prabowo Subianto di mata rekan-rekan militernya terutama kalangan perwira tinggi Prabowo banyak di iri karena memiliki segudang prestasi yang sangat luar biasa dengan kemampuan militernya, ingat Prabowo seorang menantu presidan Republik Indonesia kala itu.
Prabowo walaupun seorang menantu presiden ketika itu. Soeharto oada waktu itu merestui dan memerintahkan Prabowo untuk terjun di medan perang. Dimata Soeharto kala itu yang sekaligus juga mertuanya, Prabowo dianggap sebagai penghianat karena pada waktu itu banyaknya rakyat yang meminta Soeharto mundur pada tahun 1998.
Tapi dimata rakyat Prabowo dianggap sebagai kaki kanan atau tangan kanan Soeharto,dilemanya disitu, sementara Prabowo pro terhadap rakyat. Soeharto menuduh Prabowo sebagai penghianat dan itulah yang terjadi sehingga Prabowo diusur dari cendana (rumah kediaman keluarga besar Soeharto ). Tak hanya diusir dilanjut dengan pelepasan baju dinas.
Prabowo dicopot dari seragam militer kedinasannya sementara dia tidak dalam hatinya merasa tidak melakukan kesalahan sekecil apapun. Lalu muncullah isu yang mengatakan bahwa Prabowo adalah orang yang bertanggung jawab dalam peristiwa 1998 tempo lalu.
Setelah dicopot dari kedinasan militernya, Titik Soeharto tau saat itu suaminya sebagai korban fitnah tapi dia ( Titik) tidak bisa berbuat banyak, selaku anak presiden yang patuh pada orang tuanya hanya bisa mengeluarkan airmata kesedihan, itulah yang hanya dia luapkan ketika dia tau suaminya (Prabowo Subianto) diusir dari istana, diusir dari Cendana dan dilucuti Seragam kebesarannya.
Dengan keikhlasan dibawah tekanan keluarga militer Titik tidak punya pilihan selain harus pasrah dengan keadaan, harus rela melepas pria yang dicintainya yang dipisahkan secara paksa oleh orang tuanya sendiri.
Kabar duka itu terdengar oleh seorang sahabat Prabowo yang berada jauh di Negeri Padang Pasir Jordania yaitu putra mahkota Jordania Pangeran Abdullah yang melihat sosok Prabowo adalah “friend in neet is freend in did” teman sejati ketika dalam kesulitan lalu. Dengan langkah berat Prabowo Subianto pada bulan September 1998 terbang ke Jordania meninggalkan negara Indonesia, meninggalkan istri dan anak tercinta yang dipisahkan secara paksa oleh sang mertua dengan mengingat kata – kata ” kembalilah kau dengan putriku jika kau sudah setara dengan ku” tentunya itu sangat berat sekali.
Namun setibanya di Jordania Prabowo menolak untuk dispeisialkan oleh putra mahkota. Dia…ingin hidup biasa-biasa saja di Jordania. Sebenarnya dia diterima dengan sangat baik namun dia tetap bepergian kesana kemari hanya dengan menggunakan taksi,ini fakta.
Di negara itulah Prabowo berpikir mulailah dengan kehidupan barunya yang bukan lagi seorang militer,dia beralih posisi menjadi seorang pembisnis, dari situlah dia belajar berbisnis bersama putra mahkota, putra dari raja Jordania.
Dimanapun dia berada Prabowo menyatakan bahwa dia adalah warga negara Indonesia dan tidak pernah berubah, karena cintanya terhadap negara tercintanya, terhadap istri dan anaknya. itu sungguh luar biasa.
Sebuah kata- kata Prabowo untuk istri tercintanya “Jika tidak denganmu,maka tidak dengan siapaun”
Itu sumpah prabowo dihati kecilnya jika tidak dengan Titik Soeharto maka dia tidak akan dengan siapapun, bahkan sampai dengan setua ini Prabowo tidak pernah bersanding dengan siapapun.
Ketika ada diluar Negeri Prabowo ingin berkali berusaha menjelaskan yang sebenarnya, yang itu hanya diketahui dengannya Titik dan keluarga cendana, namun berkali- kali dengan kata- kata ” kembalilah kepada putriku jika kau setara dengan ku” inilah kalimat dari presiden Soeharto sekaligus mertua Prabowo kala itu. (Hr)