Dalam Kunjungan Kerjanya di Tuban , Presiden Jokowi : 98% Saham TPPI Sudah Dikuasai Negara ,2%nya Harus Selesai Januari 2020.

Tuban, RepublikNews.
Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo melaksanakan kunjungan kerja ke PT. Trans – Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) Tuban, Sabtu (21/12/2019). Kunjungan kali ini dalam rangka untuk meresmikan pengambilalihan Kilang PT. Tuban Petrochemical Industries (TPI) kepada PT. Pertamina (Persero).
Dalam kunjungannya, presiden Jokowi didampingi istri, Iriana Joko Widodo , Menteri BUMN, Erick Thohir , Komisaris dan Direktur Pertamina , Gubernur Jatim bersama Forkopimda Jatim serta disambut Bupati Tuban bersama Forkopimda Tuban.
Dihadapan awak media, Presiden menjelaskan bahwa Kilang TPPI merupakan salah satu kilang terbesar di Indonesia yang menghasilkan banyak produk petro kimia dan BBM. Produk tersebut diantaranya seperti premium, Pertamax, LPG dan yang lainnya.
Presiden Jokowi menargetkan seluruh pengerjaan harus rampung dalam kurun waktu 3 tahun. Saat ini, saham PT. TPPI sebanyak 98 persen telah dimiliki negara. “Sisanya 2 persen harus dituntaskan di Januari 2020,” ungkapnya.
Diharapkan jika nantinya sudah dapat berproduksi maksimal, mampu menghemat devisa negara sebesar 56 triliun, dan menghentikan ketergantungan Indonesia terhadap impor BBM. “Dengan demikian, account deficit/neraca devisit akan jauh lebih baik. Salah satu kuncinya ada di Petro Kimia,” jelasnya. Tidak hanya itu, langkah ini masuk dalam agenda besar negara yang bisa menyelesaikan persoalan yang ada selama ini.
Terkait dengan akan dibangunnya Kilang Minyak Pertamina Rosneft di Kabupaten Tuban, Presiden Jokowi menyatakan agar perihal pembebasan lahan dapat selesaikan maksimal 3 bulan. “Jika memang belum bisa, segera laporkan, untuk dicarikan solusi lebih lanjut,” terang Presiden kelahiran Solo ini.
Di sepanjang perjalanan menuju PT. TPPI yang terletak di Desa Tasikharjo Kecamatan Jenu, presiden Jokowi dan rombongan disambut antusias oleh warga dan anak-anak sekolah. Presiden Jokowi juga menyempatkan membagikan buku dan kaos kepada siswa yang menyambutnya.
Sementara itu secara terpisah ,
Dirut Pertamina Nicke Widyawati menyatakan, peluang pasar bisnis petrokimia di Indonesia sekitar Rp40- 50 triliun per tahun. Selain itu, bisnis petrokimia mempunyai margin lebih tinggi dibanding BBM.
Pertamina siap mengembangkan area kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Kabupaten Tuban, Jawa Timur menjadi pusat industri petrokimia yang terintegrasi dengan kilang nasional.
“Pembangunan komplek industri Petrokimia akan lebih menjamin keberlanjutan bisnis perseroan, karena sesuai dengan trend bisnis masa depan, pembangunan industri petrokimia, tambah Nicke, juga akan lebih efisien karena diintegrasikan dengan kilang, sehingga produk samping petrokimia dapat dimanfaatkan kembali oleh kilang. Baik itu untuk bahan bakar kilang itu sendiri, maupun dapat menjadi produk BBM.”jelasnya.
“Infrastruktur penunjang dan utilitas dapat juga dimanfaatkan secara bersama-sama dengan menurunkan biaya energi hingga 10 persen, dan biaya personel turun 10 persen sehingga biaya operasional turun sampai 15 persen,” imbuh Nicke.
Langkah mengintegrasikan kilang TPPI untuk pengembangan industri petrokomia dilakukan Pertamina dengan melakukan aksi korporasi pembelian saham seri B TubanPetro yang merupakan induk usaha TPPI. Nilai saham tersebut sebanyak Rp3,1 triliun, sehingga Pertamina saat ini menguasai saham mayoritas 51 persen.
“Aksi korporasi ini dimaksudkan untuk mengembangkan industri petrokimia nasional yang nantinya akan memberikan dampak bagi pengembangan industri turunannya di tanah air,” terang Nicke.
Nicke menjelaskan, restrukturisasi TubanPetro juga merupakan bagian dari kilang Pertamina yang mengutamakan aspek fleksibilitas (flexibility), di mana mode kilang bisa beralih baik mode petrokimia ataupun mogas. Hal ini membuat produksi kilang dapat menyesuaikan dengan permintaan pada saat beroperasi.
Selain itu, dengan pasokan bahan baku yang terintegrasi antara satu kilang dengan kilang lainnya, diharapkan juga bisa meningkatkan efisiensi baik sisi pengeluaran operasional maupun pengeluaran modal, sehingga meraih keuntungan (profitability) yang maksimal. Dengan tingkat keuntungan yang maksimal, maka proyek-proyek kilang Pertamina mampu menjadi bisnis yang berkelanjutan (sustainability) ke depannya.
“Jadi jelas bahwa proyek kilang kami yang sedang berjalan akan menjadi bisnis yang berkelanjutan karena dapat menyesuaikan dengan kebutuhan pasar dan didukung integrasi baik sesama kilang maupun infrastruktur Pertamina lainnya,” ujar Nicke.
Pertamina sendiri akan mengembangkan pembangunan pabrik baru serta melanjutkan pembangunan komplek olefin dan polyolefin di kawasan kilang TPPI di Tuban. Dengan pembangunan tersebut, maka TPPI akan menjadi komplek petrokimia yang terintegrasi menghasilkan produk-produk aromatik dan olefin.
Pada saat yang sama, melalui proyek RDMP dan GRR, Pertamina juga sedang membangun kilang Tuban dengan investasi US$16 miliar, yang nantinya akan memiliki fasilitas produksi petrokimia dengan produk polypropylene sebanyak 1.200 ktpa, paraxylene 1.300 ktpa dan polyethylene 750 ktpa.
“Pembangunan industri petrokimia nasional akan turut memperkuat neraca perdagangan, menghemat devisa dan mengurangi impor bahan baku dan produk petrokimia.” tegas Nicke mengakhiri.(@nt).