BIROKRASI

Gambaran Indonesia Bagian Kecil Di Desa Yang Penuh Kerukunan

Kediri, RNews – Jelang pawai ogoh ogoh di Desa Tanon, Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri, Pelda Ermat Sulaiman bersilaturahmi dengan perangkat desa, tokoh pemuda dan tokoh agama yang ada di desa ini. Silaturahmi tersebut dilakukan di kantor Desa Tanon dan disini Kaur Pemerintahan Desa Tanon Edi Prasetyo, ditanyai seputar hubungan lintas agama di Desa Tanon. kamis (7/3/2019).

Edi Prasetyo menjelaskan seputar kondisi terkini hubungan antar umat beragama, khususnya di Desa Tanon. Dipastikannya, kerukunan dan toleransi umat beragama terjaga, bahkan dari dulu hingga saat ini.

“Kalau ada acara seperti ini (pawai ogoh ogoh), remaja Muslim ikut menjaga ketentraman. Muda mudi Katolik juga ikut menjaga. Sebaliknya, kalau ada takbir keliling, dari Katolik ikut menjaga, Pecalang-Pecalang juga ikut jaga,” kata Edi Prasetyo.

Baca Juga :  Jelang Ramadhan Di Kediri, Harga Sembako Pasar Tradisional Relatif Stabil

Ditambahkannya, Desa Tanon adalah kondisi Indonesia bagian terkecil, karena masyarakatnya sangat guyup rukun dan menghormati satu sama lain. Sejak ia kecil hingga hidup berumahtangga, sekaligus tinggal di Desa Tanon, tidak pernah didengarnya atau diketahuinya, gesekan antar umat beragama.

“Disini itu, komplit, yang ke Masjid ada, ke Gereja ada, ke Pura ada, ke Klenteng ada, disini serba ada, tapi semua guyup rukun. Sejak kecil sampai sekarang ini, tidak ada namanya gesekan antar umat beragam disini,” pungkas Edi Prasetyo.

Sementara itu, Arif Kristanto, salah satu tokoh pemuda, menjelaskan seputar keberadaan ogoh ogoh ini didesanya. Dikatakannya, saat Catur Brata, harus melakukan hal-hal yang bersifat pantangan, yaitu tidak boleh bekerja, makan, minum, senang-senang dan bepergian. Sebelum Catur Brata dilakukan, sudah umum, pawai ogoh ogoh dilakukan.

Baca Juga :  Kaur Desa Gadaikan Sertifikat Tanah Wakaf dan 2 Sertifikat Tanah Warga

Menurut Arif, ogoh ogoh sebenarnya merupakan gambaran nafsu dan keburukan manusia. Gambaran tersebut diwujudkan Butakala, selain tampilannya yang mengerikan, ogoh ogoh dipenuhi dengan nafsu dan keburukan. Disimpulkannya, bahwa ogoh ogoh itu adalah wujud nafsu dan keburukan yang ada didalam manusia.

“Ogoh ogoh ini kita arak, setelah itu kita bakar. Ini lambang dari nafsu dan keburukan kita. Jadi, nafsu dan keburukan yang diwujudkan ogoh ogoh ini dibakar. Artinya, kita membakar nafsu, membakar keburukan diri kita sendiri,” jelas Arif.

Ditempat terpisah, Murtaji salah satu sesepuh Desa Tanon menjelaskan, Nyepi berasal dari kata sepi yang artinya sunyi, senyap, tidak ada aktifitas. Sedangkan Hari Raya Nyepi adalah Tahun Baru berdasarkan penanggalan atau kalender Saka, yang ditetapkan tahun 78 Masehi sebagai titik nolnya.

Baca Juga :  Realisasikan Dana Desa, Pemdes Bungkuk Tingkatkan Pembangunan infrastruktur

Diacara yang dilaksanakan di Desa Tanon ini, Danramil Papar Kapten Chb Mulyono bersama Kapolsek Papar dan Camat Papar, ikut ambil bagian untuk membuka perjalanan pawai ogoh ogoh. Pawai ogoh ogoh atau Pangrupukan ini tidak hanya melibatkan pengamanan dari Koramil maupun Polsek saja, tetapi dari pemuda lintas agama serta Karang Taruna. (dodik)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
error: Content is protected !!