TNI-POLRI

Masayikh Ponpes Al Falah: Santri Akan Terus Berjuang Untuk NKRI

Kediri,RNews – Kedatangan Kapusbintal TNI Laksamana Pertama Budi Siswanto di Pondok Pesantren Al Falah, disambut KH. Zaenudin Jazuli dan KH. Agus Ahmad Hasbhy. Ponpes yang berlokasi di Desa Ploso, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri ini, menjadi tempat silaturahmi Kapusbintal TNI didampingi Danrem 082 Kolonel Arm Ruly Chandrayadi, Dandim Kediri Letkol Kav Dwi Agung Sutrisno dan Kapolresta Kediri AKBP Anton Haryadi. Selasa (2/4/2019)

Dalam sambutannya, Masayikh Ponpes Al Falah Ustad Moh.Maksum menjelaskan, Al Falah ini berdiri pada tahun 1925, oleh KH Ahmad Djazuli Utsman. Perjuangan beliau yang sangat gigih, Al Falah berkembang dan terus berkembang,  bertahan sampai sekarang. Saat ini yang seperti kita lihat, bahwa santri secara keseluruhan mencapai 7.000 lebih.

“Al Falah dikelola secara kolektif oleh putra putri beliau KH Ahmad Djazuli Utsman,” jelas Ustad Moh.Maksum.

Baca Juga :  Kodim Kediri Dorong Perilaku Hidup Sehat Lewat Jambanisasi

Putra putrinya ialah KH. Zaenudin Jazuli, KH. Nurul Huda Jazuli, mohon maaf beliau sekarang lagi tidak sehat saat ini, sehingga tidak bisa hadir ditengah-tengah kita, KH. Hamim Jazuli yang lebih dikenal Gus Mik,  beliau telah mendahului kita, sekarang dimakamkan di makam Auliya Tambak, KH. Fuad Jazuli, KH.Munif Jazuli, beliau juga telah mendahului kita, sekarang di makamkan di pondok Queen Al Falah dan Nyai Hj.Lailatul Jazuli

“Kami mohon doa restu, semoga Masayikh Al Falah beserta keluarga besarnya diberikan panjang umur oleh Allah SWT, dalam kondisi sehal wal afiat,” sambungnya.

Dijelaskannya, silaturahmi seperti ini, penting untuk kita lakukan, selain perintah agama, juga membangun ukhuwah diantara kita TNI, Polri dan santri.

Baca Juga :  Di Kodim 0814/Jombang, Pangdam Disambut Puluhan Anak Yatim Piatu

Sejarah telah mencatat, bahwa santri dibawah bimbingan dan petunjuk para ulama, ikut memperjuangkan untuk mewujudkan kemerdekaan di Republik Indonesia. Santri juga ikut andil dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Itu dibuktikan pada hasil rapat para ulama pada 22 Oktober 1945 yang disebut “Resolusi Jihad”.

“Diantara isi resolusi jihad, barangsiapa yang berdomisili di Surabaya, wajib mengangkat senjata melawan kembalinya penjajah di muka bumi nusantara tercinta ini,” jelasnya.

Ditambahkannya, pada tanggal 22 Oktober telah resmi dinyatakan oleh Pemerintah sebagai “Hari Santri Nasional”. Sebuah pengakuan yang sangat berarti bagi kami para santri, sehingga setiap 22 Oktober melaksanakan apel atau upacara dengan tetap menggunakan identitasnya, yaitu pakai sarung.

Baca Juga :  Kedatangan Pangdivif-2/Kostrad di Jember, Disambut ratusan Pelajar

“Para santri dibawah bimbingan dan petunjuk para ulama, akan siap dibelakang TNI dan Polri, dan siap membackup TNI dan Polri untuk bersama-sama berjuang mempertahankan 4 pilar yang telah dirumuskan para pendiri negeri tercinta ini,” kata Ustad Moh.Maksum.

4 pilar itu ialah PBNU, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945. Pilar-pilar itu telah kita sepakati bersama sebagai harga mati, maka sering kita pekikan kepada masyarakat “NKRI Harga Mati”.

“Santri akan terus berjuang untuk NKRI,” pungkasnya.

Sementara itu, Laksamana Pertama Budi Siswanto dalam wawasan kebangsaannya mengangkat berbagai topik terkini terkait persatuan dan kesatuan. Disamping wawasan kebangsaan, Laksamana Pertama Budi Siswanto mengajak para santri untuk mendaftarkan diri menjadi prajurit TNI. (dodik)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
error: Content is protected !!