SEJARAH

SITUS CANDI KALICILIK BLITAR, PENINGGALAN KERAJAAN MAJAPAHIT

BLITAR, RepublikNews – Candi KALICILIK terletak di dukuh Kalicilik kelurahan Candirejo kecamatan Ponggok kabupaten Blitar, nama lain Candi Kalicilik adalah candi genengan atau candi puton, bangunan candi tersebut terbuat dari bata merah berukuran kurang lebih 20×40 cm dan tersusun rapi tanpa di semen,dan kondisi Candi sebagian sudah di pugar/ renovasi di lihat dari bahan bata merahnya yang berbeda, pintu masuk candi berada di sebelah barat dan terdapat pintu semu pada ketiga sisi tubuhnya yang lain, di atas pintu masuk dan pintu semu terdapat hiasan ukiran kepala kala bertaring ganda, telinganya besar dan memakai perhiasan permata dari tengkorak sedangkan bagian atap candi sudah runtuh.

Baca Juga :  Kematian ES, Di Salah Satu Ponpes Tumpang Malang Jawa Timur Jadi Tanda Tanya

Sifat keagamaan candi Kalicilik adalah hindu yang di buktikan dengan adanya arca maha kala yang merupakan perwujudan siwa dalam bentuk penjaga candi dan area Siwa maha guru yang terletak di halaman candi, candi Kalicilik ini merupakan peninggalan kerajaan Majapahit, sebagai mana yang di tunjukkan oleh pahatan angka tahun 1271saka atau 1349 Masehi yang terdapat di atas ambang pintu masuk, dengan demikian candi Kalicilik ini sezaman dengan masa pemerintahan raja Tribuana Tunggadewi.

Tukiyah (55) yang sejak tahun 1985 memegang jabatan sebagai juru kunci CANDI KALICILIK, meneruskan tugas dari bapaknya saat di temui awak media REPUBLIK NEWS Minggu 19/05/2019 menceritakan, Bahwa CANDI KALICILIK ini pernah di pugar oleh Belanda pada tahun 1913 untuk mengantisipasi keruntuhannya, kemudian pemugaran terakhir di lakukan oleh pihak badan pemeliharaan cagar budaya (BPCB) dari Trowulan Mojokerto pada tahun 1992-1993,” kata Tukiyah

Baca Juga :  Bupati Blitar Sampaikan Jawaban Atas Pandum Fraksi Fraksi DPRD Di Rapat Paripurna

Lanjut, Tukiyah juga bercerita tentang mistisnya Candi Kalicilik, menurutnya candi Kalicilik ini telah di huni oleh mahluk ghaib berupa kelelawar putih yang kadang berubah wujud menjadi sosok laki-laki tua mengaku bernama joyokusumo sebagai dayangan.

Tukiyah juga sempat menunjukkan tangannya ke arah pojok Utara dan mengatakan di pojok itu juga di jaga sosok laki-laki berambut panjang, selain sosok laki-laki tua warga sekitar juga sering melihat sosok harimau putih.

Tukiyah juga menceritakan, pada tahun 1990an di sebelah Utara Candi pernah di temukan oleh warga beberapa perhiasan emas seperti, gelang, kalung, kala bahu dan juga uang gobok, hingga sekarang uang gobok tersebut tersimpan di museum Penataran,” pungkasnya. (ADI)

Baca Juga :  Ruwahan,Tradisi Warga Pesanan Bicak Trowulan Menyambut Bulan Suci Romadhon

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
error: Content is protected !!